memilih yang benar dari tokoh Alkitab
MEMILIH YANG BENAR: BELAJAR DARI TOKOH ALKITAB
Berikut
ini, kita akan belajar dari beberapa tokoh di dalam Alkitab yang dapat kita
teladani dalam hal mereka memperjuangkan imannya dengan memilih tindakan atau
sikap yang benar ketika menghadapi tantangan.
Nama-nama
tokoh Alkitab yang perlu kita teladani adalah sebagai berikut:
1.
Habel
2.
Nuh
3.
Abraham
4.
Ishak
5.
Yakub
6.
Yusuf
7.
Musa
8.
Daud
9.
Daniel, sadrak, Mesakh dan Abednedo
10. Stefanus
11. Timotius
Kehidupan tokoh Alkitab yang patut
diteladani dalam mewujudkan nilai-nilai Kristiani adalah sebagai berikut:
A.
Habel
(memberi yang lebih baik)
Habel
juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya,
yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dari korban persembahannya
itu. (Kejadian 4:4).
Habel, namanya mengungkapkan kisahnya.
Habel berarti uap, napas, padang rumput, sesuatu yang sementara. Bagaikan
padang rumput yang layu karena terik matahari musim panas, hidupnya sangat
singkat. Habel, si uap, tetap hidup karena satu tindakan yaitu ia menyembah Allah
dan Allah berkenan pada ibadahnya.
Habel dan Kain adalah manusia generasi
kedua yang tercatat di Alkitab. Ia juga disebut sebagai penggembala pertama.
Kisah pembunuhan Habel oleh kakaknya sendiri, di sini jelas sama sekali bukan
karena jenis persembahannya. Alkitab juga tidak mencatat bahwa Kain
mempersembahkan hasil panen yang buruk. Namun, kenapa persembahan Habel yang
diterima sedangkan Kain tidak? Jawabannya adalah karena iman. Iman seperti apa?
Alkitab mencatat Kain menjadi iri dengan
Habel karena Allah lebih menerima persembahan adiknya itu. Allah bahkan juga
memperingatkan hal ini dalam, “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau
berbuat baik?” (Kej. 4:7).
Motivasi Kain dalam memberi persembahan
adalah kepuasan diri atau di dalamnya termasuk kehormatan diri. Sementara
motivasi Habel dalam memberi persembahan adalah memang untuk Allah. Habel
memilik iman bahwa domba yang ia jadikan korban persembahan, pasti diterima
Allah. Habel memberi persembahan kepada Allah dengan hati yang tulus dan percaya.
Hal ini yang membuatnya berkenan. Iman Habel adalah iman di hadapan Allah.
Sebaiknya, hal ini juga membuatnya dibenci dunia. Iman Habel adalah iman yang
tahu bahwa segala sesuatu ada dan ditentukan oleh Tuhan.
Sikap Habel yang perlu diteladani
Sikap Habel dalam memberikan persembahan
adalah dengan memberikan yang terbaik dari yang terbaik sebagai ungkapan
syukurnya kepada Allah. Ia memberikan ternak yang sulung. Dengan berbuat
demikian, sesungguhnya ia bersaksi bahwa segala sesuatu yang dimilikinya berasal
dari Allah.
Kisah Habel mengungkapkan kepada kita
bahwa Allah tidak terkesan oleh fakta bahwa kita menyisihkan waktu dari jadwal
kita yang sibuk untuk menghadiri kebaktian gereja selama satu jam. Tanpa, iman
kita tidak dapat mendekati Tuhan. iman mendorong kita untuk memberikan yang
terbaik, untuk menyatakan rasa syukur yang tulus. Bila kita menyembah Tuhan
dengan iman, kita tidak peduli bagaimana dengan pengaruh harta yang kita
persembahkan ke dalam kantung persembahan terhadap kondisi keuangan kita.
Perhatian kita hanya tertuju kepada Allah dan hati kita penuh dengan pujian dan
syukur kepada-Nya. Ibadah yang sejati bukanlah masalah keterlibatan emosi (Roma
12:1).
Habel dipuji bukan karena emosinya,
melainkan karena iman yang menyebabkan ibadah yang menyukakan hati Allah.
Hidupnya menggambarkan kata-kata yang Yesus ucapkan kepada perempuan di sumur.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan
kebenaran (Yoh. 4:24).
Pesan kedua dari hidup Habel yang singkat
menyangkut harga yang harus dibayar dalam menyukakan hati Allah. Habel harus
mengorbankan nyawanya. Saya tidak bermaksud memberikan gambaran yang menakutkan
atau mengatakan bahwa mempercayai hidup kita kepada Allah akan menyebabkan
kematian jasmani kita. Saya hanya menegaskan bahwa memusatkan hidup kita kepada
Allah setidak-tidaknya akan mengakibatkan kita berseteru dengan dunia. Kain
tidak iri terhadap ternak Habel. Akan tetapi, ia marah karena adinya menyukakan
hati Allah, sedangkan ia tidak. Ia sama sekali tidak membenci saudaranya Kain.
Kita semua hidup di bumi ini dalam waktu
yang singkat. Hidup kita tidak lebih dari segumpal uap, seperti hembusan napas
pada pagi hari. Rumput layu, bunga berguguran, dan tak seorang pun dari kita
adalah penghuni tetap planet bumi. Pertanyaan yang sering kita jumpai adalah
bagaimana kita akan menggunakan hidup yang begitu singkat yang dianugerahkan
Allah kepada kita. Tuhan menginginkan kita sungguh-sungguh mencari-Nya di dalam
iman. Hidup kita bagaikan segumpal uap belaka. Kita harus memanfaatkan hidup
kita untuk hal-hal yang kekal. Karena
iman, Habel mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik daripada korban
Kain. Karena iman, ia memperoleh pujian bahwa ia orang yang benar ketika Allah
berkenan pada persembahannya. Karena iman, ia masih berbicara walaupun ia sudah
mati (Ibr. 11:4).
Jadi, nilai
kristiani dari kehidupan Habel adalah kita harus mempersembahkan yang terbaik
bagi Tuhan, terutama tubuh, hati dan segala yang kita miliki dengan tulus dan
sungguh-sungguh.
B.
Nuh (iman
melebihi kepentingan diri)
Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat
seperti yang diperintahkan Allah kepadanya demikianlah dilakukannya.
(Kejadian 6:22)
Orang mungkin bisa berkata bahwa dia
percaya pada Tuhan, dan memang dalam pikirannya ia percaya. Namun, tidak selalu
orang mau menerapkan percayanya itu dalam bentuk perbuatan, apalagi yang
melawan pandangan umum. Itulah yang dilakukan Nuh. Ada banyak perinyah Allah
disampaikan kepada Nuh yang tampaknya sama sekali tidak masuk akal. Pertama,
bahwa Nuh harus membuat bahtera yang sangat besar meski usia Nuh saat itu kira-kira 480 tahun dan tidak
memiliki skill pertukangan karena ia adalah petani.
Hal kedua yang sangat menggoyahkan iman
adalah masalah waktu. Jika dihitung, masa pembuatan bahtera atau selisih waktu
ketika Tuhan memberi perintah dan ketika air bah benar-benar terjadi adalah 120
tahun! Selama 120 tahun itu juga, Nuh
harus rela dicemooh sebagai orang gila oleh masyarakat di sekelilingnya.
Tapi iman yang dimiliki Nuh tidak
membuatnya patah semangat atau ragu
untuk tetap taat. Iman itu jugalah yang menyelamatkan Nuh sekeluarga, dan
kelanggengan hidup hewan-hewan yang ia kumpulkan.
Sikap yang perlu diteladani dari Nuh
Nilai kristiani dari sejarah kehidupan
nabi Nuh yang perlu kita teladani adalah ketaatan dan kesetiaannya.
C.
Abraham
(Kej. 12-19) (iman tanpa dasar)
“Jangan bunuh anak itu dan jangan
kauapa-apakan dia, sebab telah kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan
Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku”
(Kejadian 22:12). Kepercayaan iman Abraham ketika menghadapi tantangan,
tercermin di dalam sejarah hidupnya yang demikian:
1.
Abraham dipanggil Tuhan Allah keluar
meninggalkan rumah orang tua dan sanak saudaranya ke negeri yang belum ia
ketahui. Ia segera mematuhi perintah Tuhan, tanpa bertanya dan
bersungut-sungut. Abraham pergi tanpa kejelasan arah dan tujuan. Ia pergi hanya
dengan bermodalkan janji Tuhan. itu membuktikan bahwa Abraham begitu percaya
pada rencana Tuhan kepadanya.
2.
Perselisihan antara gembala-gembala Abraham
dengan keponakannya sendiri, Lot memperebutkan daerah penggembalaan yang subur.
Abraham mengalah kepada Lot untuk menentukan sendiri daerah yang terbaik bagi
Lot dan rombongan. Abraham pun tidak menjadi sedih dan menyesal setelah Lot
memilih daerah yang sangat subur untuk tempat perkemahan rombongannya, dan
menyisakan daerah yang tidak subur baginya. Abraham menyerahkan sepenuhnya masa
depannya kepada Tuhan yang telah berjanji kepadanya.
3.
Kerinduan untuk memperoleh keturunan dari istrinya,
Sarai yang sudah tua, belum terpenuhi. Walaupun dalam penantian panjang, Allah
tetap memberikan anak perjanjian kepada Abraham dan Sarai.
4.
Persembahan korban bakaran kepada Allah sebagai
ketaatan kepada Allah untuk mempersembahkan anaknya, Ishak, dijadikan tumbal
korban persembahan yang hidup.
Nilai kristiani dari kehidupan Abraham
Sikap yang perlu kita teladani dari sikap
Abraham adalah ketaatan, kesabaran menantikan janji Tuhan bahwa ia akan
mendapatkan keturunan, kesetiaan serta imannya yang kokoh.
D.
Ishak
(iman pada janji Tuhan)
Karena iman maka Ishak, sambil memandang
jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. (Ibr. 11:20)
Ishak
artinya tertawa. Allah memilih nama ini untuk mengingatkan Abraham dan Sara
tentang reaksi mereka terhadap kabar bahwa Ishak akan dilahirkan. Mereka
tertawa dan semua orang yang ada di sekitar mereka juga tertawa, sebab gagasan
bahwa seorang anak akan lahir bagi pasangan yang sudah berumur Sembilan puluh
tahun ini sungguh-sunnguh menggelikan. Ishak juga disebut sebagai lambang
kesetiaan. Sebagai anak, ia taat dan menurut kepada bapaknya, bahkan meski ia
dihadapakan kepada bahaya (Kej.
22:1-24). Fakta-fakta lain adalah bahwa Ishak memiliki satu isteri (Ribka), ia
juga taat untuk tetap tinggal di Gerar, dan memiliki karakter suka mengalah
ketika berselisih dengan Filistin. Semua itu menunjukkan karakter orang yang
memang berserah dan tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Itulah Ishak yang
yakin bahwa semua yang ia miliki hanya berasal dari Tuhan. dan sebagaimana
Tuhan kemudian mengulang janji-Nya
kepada Ishak tentang keturunannya, Ishak pun dengan iman memegang janji itu
Yakub memberkati Yakub, meski belum tampak ada tanda-tandanya.
Nilai kristiani dari Ishak
Sikap Ishak yang perlu kita teladani
adalah ketaatannya, kesetiaannya, ketidakkhawatiran, kesabaran menantikan janji
Tuhan, kesederhanaannya ketika dia datang kepada Tuhan untuk berserah dan
meminta pertolongan untuk isterinya Ribka yang mandul.
E.
Yakub
(Iman pejuang)
Karena iman maka Yakub, ketika hamper
waktunya akan mati, memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah sambil
bersandar pada kepala tongkatnya (Ibr. 11:21)
Yakub adalah penerus garis berkat yang
diberikan Tuhan kepada Abraham dan Ishak. Meski ia adalah yang lebih muda,
namun dibandingkan dengan Esau, kakaknya, yakub lebih tahu dan memiliki iman
tentang berkat Allah yang diturunkan dari Ishak, ayahnya. Meski pada saat itu
jelas belum ada tanda-tanda digenapinya janji keturunan bangsa yang besar
seperti yang dikatakan Tuhan Allah kepada Abraham, namun Yakub berjuang untuk
mendapatkannya meski cara yang salah, yaitu dengan menipu.
Kisah hidup Yakub juga adalah gambaran
tekat kuat untuk mendapatkan berkat dari Tuhan. kesungguhan saat bekerja di
peternakan Laban meski sempat ditipu
hingga pergulatan dengan malikat di Pniel, adalah bukti karakter Yakub yang
gigih meraih sesuatu dari Allah, meski secara kasat mata hal itu belum
kelihatan.
Iman seperti senada dengan iman yang
dikatakan Yesus dalam perumpamaan tentang janda dan hakim (Lukas 1:18). Karena
iman juga, Yakub memberkati Efraim lebih besar dari Manasye yang lebih tua,
sama seperti dirinya sendiri juga mendapat berkat meski lebih muda dari Esau.
Inilah symbol bahwa berkat tidak ditentukan oleh keadaan manusia, tapi oleh
Allah semata.
Nilai kristiani dari Yakub
Sikap
Yakub yang perlu kita teladani adalah ketekunannya, kesetiaannya dan
ketaatannya. Roma 5:4 “ Dan bertekunlah menimbulkan
tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Demikian juga remaja
Kristen harus bisa seperti Yakub yang bertekun
terus bekerja sehingga pada akhirnya ia mendapatkan hasil.
F.
Yusuf
(Iman untuk pengharapan, Sam. 16-26)
Tentu Allah akan memperhatikan kamu dan
membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikannya kepada
Abraham, Ishak, dan Yakub (Kejadian 50:24).
Iman Yusuf adalah juga seperti iman yang
dimiliki Abraham, Ishak dan Yakub, yang selalu percaya dan berharap akan janji
Allah. Hal itu juga diimbangi dengan integritas. Sebagaimana kita tahu,
integritas Yusuf untuk menjauhi dosa, juga sempat membuatnya menjadi korban
isteri Potifar dan dipenjara. Di dalam penjara, sekali lagi imannya diuji.
Ketika hampir dilupakan oleh orang yang telah ia tolong. Tuhan ikut campur
tangan melalui mimpi Firaun yang mengantarkan Yusuf menjadi orang kedua di
Mesir. Yusuf rela menderita demi mempertahankan kebenaran daripada mengikuti
kenikmatan sesaat. Setelah Yusuf menjabat sebagai perdana menteri Kerajaan
Mesir, ia mendapat kesempatan untuk membalas kejahatan saudara-saudaranya.
Tetapi itu tidak dilakukannya. Justru karena kasihnya, Yusuf memboyong
saudara-saudaranya dan juga ayahnya ke Mesir untuk berkumpul dan tinggal
bersama dengan dia. Integritas Yusuf kembali diperlihatkan ketika ia mengajak
keluarganya untuk tinggal di Gosyen. Meski memiliki jabatan tinggi, namun ia
tetap minta ijin kepada Firaun sebelum mengajak sanak keluarganya tinggal di
Mesir. Dan meski ia jadi pemimpin, pengharapan Yusuf pada janji Allah yang akan
memberi tanah perjanjian tetap ia pegang sampai akhir hayatnya. Dengan mandat
agar membawa tulang belulangnya keluar dari Mesir., iman yang dimiliki Yusuf
seperti dapat kita lihat adalah iman yang teguh yang tak lekang oleh waktu dan
kenikmatan dunia.
Nilai kristiani dari Yusuf
Sikap Yusuf yang perlu kita teladani
adalah kesabarannya, kegigihannya, kesederhanaannya, kesetiaannya. Dalam Efesus
4:2 dikatakan bahwa : “ hendaklah kamu
selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal
saling membantu. Demikian juga kita sebagai remaja Kristen haruslah kita
memiliki sikap seperti Yusuf yang mengampuni saudara-saudaranya dan mengasihi
mereka.
G.
Musa
(berkata tidak pada kenikmatan)
Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia
keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka, lalu
dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari
saudara-saudaranya itu. (Keluaran 2:11)
Musa dibesarkan di istana Firaun sebagai
putra angkat putri Firaun. Tentu hal itu membuatnya menerima didikan dan keistimewaan
seorang bangsawan. Namun, karena iman ia menolak semua kenikmatan dan kemewahan
itu. Justru ia memilih mendengarkan suara Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel
keluar dari Mesir. Hanya karena iman juga, Musa yang sebebnarnya ragu akan
kemampuannya sendiri, dapat dengan berani melawan Firaun dan memimpin bangsa
Israel menghadapi berbagai bahaya di padang gurun.
Musa adalah sosok yang dapat melakukan
begitu banyak hal luar biasa, namun itu semua bisa terjadi hanya karena ia
mempunyai iman. Melalui Musa juga, Tuhan membelah Laut Merah, memberi makan manna dan burung puyuh, memunculkan air
dari dalam batu dan memberikan sepuluh perintah. Kerap kali juga Musa seakan
hanya sendirian menghadapi keluh kesah bangsa Israel yang ia pimpin. Namun
karena iman dan berserah pada Tuhan ia berhasil mengatasinya. Itulah iman Musa
yang berani berkata ‘tidak’ pada dunia dan ‘ya’ pada suara Tuhan.
Nilai kristiani yang ada pada Musa
Sikap Musa yang perlu kita teladani adalah
kesederhanaannya, sikap takut akan Allah, ketegasannya menolak tawaran dunia.
H.
Daud (Iman mengalahkan rintangan,1 Sam. 16-26)
Engkau mendatangi aku dengan pedang dan
tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta
alam, Allah segala barisan Israel yang kau tantang itu (I Sam. 17:45).
Daud adalah tokoh yang sangat akrab dengan
Tuhan Allah. Tidak ada hal lain yang membuat Daud yakin akan dapat mengalahkan
Goliat selain pengertian bahwa Allah selalu menyertai setiap langkahnya. Meski
keyakinan Daud ini dicemooh oleh Eliab, kakaknya dan tampaknya juga diragukan
oleh Saul sendiri. Namun, pengalaman dan hubungan yang intim dengan Allah
membuat Daud memiliki iman yang percaya bahwa halangan sebesar apapun tidak ada
apa-apanya dibandingkan kuasa Tuhan. senada yang dikatakan Tuhan Yesus tentang
iman yang mampu memindahkan gunung, iman seperti itu jugalah yang tampaknya
dimiliki Daud. Daud menolak pakaian kebesaran perang menghadapi Goliat. Selain
terlalu besar dan berat, pakaian itu juga membuatnya tidak menjadi diri
sendiri. Sebaliknya, Daud memilih menggunakan pakaian biasanya sehari-hari
sebagai gembala dan senjata yang biasa ia gunakan melawan binatang liar. Daud
bertumbuh melalui pengalaman pribadinya. Melalui baju dan senjata yang ia pakai
sehari-hari itu jugalah, ia menyatakan kebesaran kuasa Tuhan. Imannya yang
sangat besar kepada Tuhan membuat ia mampu mengalahkan tentara raksasa Filistin
bernama Goliat, pada saat ia masih sangat muda. Oleh karena prestasinya itu, ia
diangkat oleh Raja Saul sebagai panglima perang.
Nilai kristiani yang ada pada Daud
Sikap Daud yang perlu kita teladani adalah
sikap takut akan Tuhan, keberaniannya, kesabarannya, kesederhanaannya.
I.
Daniel,
Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Iman tanpa syarat)
Di dalam Kitab Daniel dikisahkan bahwa
Daniel adalah seorang yang elok parasnya serta kuat. Ia sangat mematuhi segala
hukum dan perintah Allah. Daniel merupakan salah seorang warga Yehuda yang ikut
ditawan ke Babel, oleh Raja Nebukadnezar, ketika Tuhan menyerahkan Yoyakim,
raja Yehuda, ke dalam tanganya. Daniel berasal dari keluarga bangsawan dan
masih muda. Bersama tiga orang kawannya, ia terpilih menjadi pejabat penting di
istana raja Babel yakni penyedia minuan anggur raja. Walaupun berada di bawah
kuasa raja yang menyembah berhala, mereka tetap setia kepada Allah. Ia juga
setia kepada tugas yang dipercayakan kepadanya di kerajaan itu. Ia
diperlengkapi oleh Tuhan dengan hikmat semua orang di kerajaan itu. Bersama
Daniel, Sadrak, Mesakh dan Abednego adalah tiga pemuda yang sejak semula
berketetapan tidak mau hidup berkompromi dengan dosa yang dilakukan bangsa
Babel. Jika Daniel itu di kemudian hari menghadapi ancaman gua singa, tiga
temannya itu lebih dulu menghadapi ancaman perapian yang menyala-nyala jika
tidak mau menyembah patung Raja Nebukadnezar.
Yang sungguh-sungguh luar biasa dari iman
mereka adalah bahwa mereka bahkan tidak menuntut apa-apa dari Tuhan. iman
mmebuat mereka tahu bahwa apapun yang terjadi seizing Tuhan, pasti itu yang
terbaik. Iman membuat mereka tidak kuatir dengan segala penderitaan atau
kesesakan di dunia. Asal bersama Tuhan, segala sesuatunya pasti indah. Inilah
iman yang juga dimiliki oleh perwira di Kapernaum dan dipuji secara
terang-terangan oleh Yesus (matius 8:5-13).
Apapun yang Tuhan perintahkan, apapun yang
Tuhan inginkan, pasti itu yang terbaik untuk kita. Sadrak, Mesakh dan Abednego
sungguh adalah teladan pahlawan iman yang luar biasa. Mereka tidak butuh tanda
dan tidak perlu bukti karena Tuhan sendiri berjanji bahwa Ia akan selalu menyertai
orang yang setia dan taat pada ketetapan dan perintah-Nya (I Raja-raja 11:38).
Meskipun Raja Nebukadnezar berupaya untuk memusnahkan Daniel bersama-sama
dengan ketiga rekannya, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, namun Tuhan senantiasa
beserta dengan mereka dan mereka selamat.
Nilai kristiani dari Daniel, Sadrakh,
Mesakh dan Abednego
Sikap Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego
yang perlu diteladani adalah sikap takut akan Tuhan, sikap keberanian, iman
yang kokoh, sikap melawan penyembahan berhala.
J.
Stefanus
(Kis. 6:8-7:60)
Stefanus artinya
“karangan bunga” adalah seorang pengikut Yesus di Korintus (1 Kor. 1:16). Ia
termasuk dari salah seorang diaken jemaat setempat (pelayanan terhadap orang
miskin atau disebut juga pelayanan meja).
Ia terkenal sebagai seorang yang penuh dengan Roh Kudus, berhikmat,
beriman, penuh karunia dan kuasa (Kis.
6:5). Di dalam pelayanannya ia banyak melakukan mukjizat dan tanda. Ia seorang
yang pandai bersoal jawab tentang kebenaran dan kuasa Allah. Karena kemampuan
itulah maka dia dibenci banyak orang, tua-tua dan ahli Taurat. Bukan hanya
dibenci, ia bahkan dirajam batu sampai mati (Kis. 7:54-60). Hal inilah yang
membuktikan bahwa Stefanus tidak hanya mengasihi Tuhan, namun juga mengasihi
orang-orang yang membenci dia.
Nilai kristiani dari sikap Stefanus
Sikap Stefanus yang perlu kita teladani adalah
iman yang kokoh, mengasihi Tuhan dan sesama, keberanian menolak kejahatan.
K.
Timotius
(Kis. 16:1-4; 17:14-15; 20:4; 1 Tim. 1:31)
Ia lahir dari
perkawinan campur. Ibunya seorang wanita Yahudi, hal ini jelas sangat
mempengaruhi dia dalam hal pengetahuan akan Kitab Suci. Bapaknya seorang Yunani
(Kis. 16:1; 2 Tim. 1:5). Ia sangat disenangi dan dihormati oleh saudara-saudara
yang Kristen di daerah Listra dan Ikonium. Pertobatannya terjadi ketika Paulus
berkeliling dalam pekabaran Injil di daerah Listra dan sekitarnya. Sebagai
seorang yang berdarah Yunani, tentu dia menghadapi kenyataan yang sulit dalam
bergaul dengan orang Yahudi, disebabkan oleh dominasi Yahudi sangat kuat dalam
semua aspek kehidupan. Keberadaan yang seolah-olah sebagai orang asing ini membuat Timotius harus
berjuang dengan gigih. Hal ini dibuktikan dengan diterapkannya peraturan keyahudian
terhadap Timotius melalui sunat yang diterimanya.
Paulus justru memilih Timotius menjadi
asistennya. Kesetiaan, ketekunan dan kegigihannya membuat Paulus demikian
tertarik dan menjadikan dia anak rohaninya. Timotius berani menghadapi
tantangan yang menggagalkan pelayanannya. Sejak inilah Timotius memulai
pelayanannya mengabarkan Injil di daerah Tesalonika dan sekitarnya. Timotius
dikenal baik (Kis. 16:2) dan tergolong pemuda yang sangat gigih melayani serta
tidak melakukan pekerjaan hanya demi kepentingannya
sendiri (Flp. 2:19-22).
Dari kisah Timotius ini kita dapat belajar
bahwa wibawa seorang pemimpin tidak
terletak hanya pada usia, kekayaan, kepintaran, tetapi terutama
keteladanan hidup. Bila orang melihat di dalam diri pemimpinnya ada cerminan
kehidupan Yesus, maka dengan sendirinya mereka akan menghormatinya.
Demikianlah uraian singkat tentang
tokoh-toko Alkitab yang mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan
mereka. Uraian yang lebih lengkap mengenai mereka tetu bisa kita dapatkan
dengan membaca perikop-perikop Alkitab yang berisi kisah hidup mereka. Namun,
dari cerita-cerita tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa mereka adalah
tokoh-tokoh yang memiliki iman yang besar kepada Allah. Kehidupan mereka adalah
kehidupan yang akrab dengan Allah. Keakrabannya dengan Allah itulah yang
membuat mereka mampu mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan mereka,
baik di masa senang maupun di masa sulit. Pada akhirnya, Alkitab juga
menyebutkan bahwa mereka menerima upah yang baik dari mewujudkan nilai-nilai
kristiani itu. Mereka dapat hidup berbahagia sebagai pribadi maupun dengan
sesama dan saudara-saudara mereka.
Sikap
Timotius yang perlu diteladani adalah
Timotius memberikan
teladan kepada kita sebagai remaja Kristen tentang kesetiaan, ketekunan serta
kegigihan serta keberanian untuk menghadapi setiap tantangan.
Komentar
Posting Komentar